Agus R. Sarjono

印度尼西亚文

Celan

Pada jantung sejarah yang berdarah
ketemui Paul Celan diam-diam mengajar bunda
sang waktu dan benih malam untuk berjalan. Tapi waktu
dan malam berhenti dalam genangan susu hitam
tempat mayat-mayat perempuan berambut kelabu
mengambang pilu. Siapakah tajam kapak-kapak
jika bukan Yang Dipertuan Adipati Kehampaan?
Disandingkannya maut kencana dengan bibir cinta
jasad asmara dengan pusara gelak tawa
pinggul ratapan dengan tengkuk kehidupan
semua dijalinnya sepasang-sepasang
seperti merangkai yang bukan matamu
bukan mataku dan bukan matanya
dalam jalinan selendang berkibaran
gelap dan muram
bagai candu dan ingatan.

Bunda malang yang tiada pulang, kekasih
yang dibakar dan berkubur lapang di angkasa,
menggali sumur luka di jantung kenangan
tempat rasa bersalah menjelma susu hitam
yang ditimba oleh dia yang tersisa,
dia yang luput dan lari untuk bahagia.
Di tempat itu pula Issac
Bashevis Singer berkutat bebaskan budak
dalam diri, menulis musuh
dalam kisah cinta sejati. Tapi trauma
dan masa lalu bagai mantan istri
selalu memaksa rujuk kembali

Dalih adalah maestro dari rembang ingatan
Bahkan pada momen-momen jingga
Pada nadi hidup yang berdegup mesra,
selalu ada dalih untuk tak bahagia.

© Komodo Books
从: Lumbung Perjumpaan
Komodo Books, 2011
录制: Haus für Poesie / 2015

Celan

At the heart of a bloody history
I found Paul Celan secretly taught
the mother of time and the seeds of night to walk.
But the night and time had stopped inside a puddle of black milk
where the bodies of gray-haired women were grievously laid.
Whose sharpness of ax it is,
if not His Excellency The Duke of Emptiness?
He collocated the golden death with the lips of love
Bodies of romance with tombs of laughter
Hips of laments with the napes of life
He arranged them in pairs
like arranging those that were not your eyes
not my eyes and not his eyes
in the fluttering braided shawl
dark and gloomy
like opium and memory.

Poor mothers who had never returned home,
lovers who had been burnt and buried in the vastness of the sky,
were digging wells of wounds in the heart of memories
where guilt was incarnated into black milk
milked by those who survived,
who had escaped and fled to seek refuge.
In that same place, Isaac Bashevis Singer
struggled to abolish slavery from himself,
writing the enemy in a love story. But the trauma
and the past were like an ex-wife
always forcing to reconcile

Exuces are the maestros of memory’s twilight
Even at the orange moments
in the artery of life pulsating vibrantly,
there are always excuses to be unhappy.

Translated by Nikmah Sarjono