Para Penziarah Sejarah

bungabunga berdarah ditaburkan di atas mimpi kematianku.
manusia. segumpal kesamaran tipudaya dan ketelanjangan jiwa.
manusia membukit dalam hutan fatamorgana. bentangan tanah
di bawah putaran musim dan sistem tatasurya yang kacau.
belahanbelahan batu gunung mengalirkan sungai warna merah
menuju rumahrumah belasungkawa. orangorang berpesta
dengan golok dan pedang di tangan. orangorang yang meringkuk
di balik kesombongan sejarah yang ditulis di atas lontar terbakar,
menyusun rencana ajal demi ajal dengan pidato suci dalam narasi
kebenaran yang panjang dan memabokkan.

seorang bayi menunggu ajal ibu yang menyusuri selasela tanah pecah.
menyusu peradaban gelap dan mati. seorang bayi sejarah di tumpukan
tubuhtubuh sepi: bagai rumah jiwa kosong dengan dinding bertempelan
gambar pertumpahan darah dan papan reklame ideologi,
pidato moral dan kobaran perang melawan diri sendiri. manusia...

seorang bayi memeluk ajal ibu yang meringkik bagai kuda tunggang
el-maut. terhunus pedang dari susunya yang tak pernah mengalirkan
kehidupan. jutaan bayi lain merangkak menuju kesiasiaan yang gila.
tuhan yang kukenal kucaricari... tapi aku hanya melihat mereka. manusia.

Melbourne, 2002

© Dorothea Rosa Herliany
Melbourne

Pilgerer der Geschichte

Blutende Blumen auf den Traum meines Todes gestreut.
Der Mensch. Ein Klumpen Vagheit von Ränken und Nacktheit der Seele.
Der Mensch wird zu Hügeln im Wald der Fatamorgana. Das Land erstreckt sich
unter dem Wechsel von Jahreszeiten und wirrer Sonnenordnung.
Felsbrocken lenken einen roten Fluss
nach den Trauerhäusern. Die Menschen feiern
mit Haumessern und Schwertern in den Händen. Gefangen
hinter dem Hochmut der Geschichte, die auf brennenden Palmblättern geschrieben ist,
organisieren die Menschen den Plan von Todesstunde für Todesstunde
mit lauteren Ansprachen in langen Erzählungen von Wahrheit und machen trunken.

Ein Säugling wartet auf die Todesstunde der Mutter, die zwischen aufgebrochener Erde dahingeht.
Er saugt dunkle und tote Zivilisation. Ein Säugling der Geschichte in einem Haufen
einsamer Körper: Wie leere Seelenhäuser mit Plakatwänden für
Bilder vom Blutvergießen und Tafeln für Ideologie-Reklame,
mit moralischen Ansprachen und dem Lodern von Kriegen gegen sich selbst. Der Mensch ...

Ein Säugling umarmt die Todesstunde der Mutter, die wie das
Reitpferd "El-Maut", der Tod, wiehert. Aus ihrer Brust, die noch
nie Leben hat fließen lassen, ist das Schwert gezogen. Millionen
anderer Säuglinge kriechen gen irrsinniger Vergeblichkeit.
Gott, den ich kenne, suche und suche ich … aber ich sehe nur sie. Die Menschen.


Melbourne, 2002

Aus dem Indonesischen von Rainer Carle