Dorothea Rosa Herliany
Wabah
Wabah
selamping pundakmu damar melati.
gemerincing merah saga mata tembaga
pudar sehempas saja.
santa maria! di mana benteng itu?
nyala biru dimardimar gaib sepanjang malam
depan keranda sepasukan pencari yang menimbun
jiwajiwa nestapa. menuju lorong sunyi
sepanjang pikiranku. jubahjubah kosong
dan sepatu angin mengalir dari pintupintu
tak terbuka. tak ada waktu sedetik saja.
bulan beku dan muram durja.
santa maria! kenapa pijar api membakar
dan mengabukan tubuhtubuh sengsara itu?
dengan kereta berderap tanpa suara. anjinganjing
gaib mengusung rumahrumah ke tanah jauh.
santa maria! ibu yang memberi aku rahim bagi sejarah.
memintaku diperkosa jaman yang sombong.
dadaku dijamah dan diremasnya. air susuku
dihisaphisapnya. kubisikkan jerit penghabisan.
kesakitan yang tanpa ujung!
aku pulang. mencari jejak kekosongan.
Kockengen, 2002